Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany Hari Jum'at Pagi Tanggal 7 Dzul Qa'dah, 545 H.
Hai
Munafiq! Allah memberangus dirimu dari muka bumi. Apa yang masih
tersisa dari kemunafikanmu? Sampai dirimu terus menerus mengumpat Ulama
Sholeh, para Auliya' yang Soleh? Kalian memakan daging mereka dalam
pesta bersama dengan kelompok-kelompok munafikmu? Padahal dalam waktu
dekat dagingmu akan disantap oleh ulat-ulat, mulutmu, dan ulat-ulat itu
akan mencabik-cabik dan merobek-robekmu. Bumi akan menelanmu, menjepitmu
dan menggilasmu.
Tak
ada kemenangan dan kebahagiaan bagi orang yang tidak memiliki baik
sangka (husnudzon) kepada Allah Azza wa-Jalla dan kepada hamba-hambaNya
yang saleh, tak ada kebahagiaan bagi mereka yang tidak tawadlu pada
hamba-hambaNya itu. Kenapa anda tidak rendah hati kepada mereka? Padahal
mereka adalah para pemuka ruhani dan pemimpin ummat. Apa pangkatmu
wahai munafik, dibanding mereka?Padahal Allah Azza wa-Jalla telah
mengikat jiwa para Auliya dan Ulama saleh; dimana hujan turun dan
tumbuhan ranum karena mereka. Setiap makhluk seperti dibawah
perlindungan mereka. Setiap orang dari mereka ini seperti gunung yang
tak tergoyahkan oleh bencana dan guncangan musibah. Tauhid mereka dan
ridlo mereka begitu kokoh terhadap Allah, Tuhan mereka. Mereka
senantiasa berjuang untuk ummat dan jiwanya.
Bertaubatlah
kepada Allah hai munafik! Mengaku salahlah kepadaNya, akuilah
dosa-dosamu, antara dirimu dengan Allah, dan hinakan dirimu di
hadapanNya. Sungguh! Kalau anda tahu apa yang ada padamu saat ini, anda
semua pasti tidak seperti ini. Beradablah kamu di hadapanNya,
sebagaimana para pendahulumu beradab kepada Allah Azza wa-Jalla. Kenapa
anda seperti banci? Watak, perilaku dan keberanianmu? Keberanian dalam
agama adalah berani menegakkan kewajiban Allah Ta'ala.
Janganlah
kalian menghina ucapan para Ulama dan para sufi. Karena ucapan mereka
adalah obat dan buah. Sekarang tak ada Nabi diantara kalian, kecuali
kalian semua mengikuti para Ulama saleh, karena dengan begitu kalian
mengikuti jejak Nabi SAW, karena merekalah yang mengukuti jejak nabi
dengan sebenar-benarnya. Jika kalian mengikuti seperti mengikuti Nabi,
jika kalian melihat seakan-akan melihat para Nabi.
Bergurulah
kepada Ulama-ulama yang taqwa. Karena berguru kepada mereka membawa
barokah. Jangan berguru kepada Ulama-ulama yang tidak mengamalkan
ilmunya, karena berguru kepada mereka malah runyam. Jika kamu berguru
kepada orang yang lebih taqwa dan lebih berilmu, maka belajarmu meraih
barokah yang banyak. Tapi kalau kamu berguru kepada orang yang lebih tua
dari kamu usianya, tetapi tidak ada ketaqwaan dan ilmu, maka belajarmu
akan membawa bencana.
Beribadahlah
untuk Allah, bukan untuk selain Allah. Tinggalkan hatimu hanya untuk
Allah, jangan biarkan hatimu untuk selain Allah. Sebab beramal selain
Allah bisa kufur. Membiarkan hati untuk selain Allah Riya'. Siapa pun
yang tidak mengenal ini dan beramal untuk selain ini dia berada dalam
kesesatan, tanpa disadari maut telah menjemputnya.Hati-hati kalian.
Kalian harus sampai kepada Tuhan kalian.
Putuskan
hatimu dari selainNya. Sebagaimana sabda Nabi SAW:"Berwushullah pada
orang yang berada diantara dirimu dan Tuhanmu, kalian semua akan
bahagia…"Beradalah bersama shaf orang yang diantara dirimu dan Tuhanmu,
melalui perlindungan hati orang-orang saleh.Anak-anak sekalian. Jika
anda temui dirimu, di hatimu, masih suka membedakan antara orang miskin
dan orang kaya, maka kalian tidak akan bahagia. Muliakan orang fakir
dengan kesabaran mereka, dan ambillah berkah dari mereka, bertemu mereka
dan bermajlis dengan mereka. Nabi saw, bersabda: "Kaum fakir adalah
para penyabar, merekalah kaum majlis Ar-Rahman di hari kiamat."Saat ini
mereka bermajelis dengan Allah melalui hatinya, besok mereka dengan
jasadnya. Para fakir adalah mereka yang hatinya zuhud dengan dunia,
berpaling dari pesona dunia, dan mereka memilih kefakiran dibanding
kemewahan, mereka bersabar dengan kenyataan itu. Ketika telah sempurna
mereka dilamar oleh akhirat. Ketika bertemu akhirat mereka melihat bahwa
akhirat ternyata bukan Tuhan mereka, lalu mereka berpindah dari
akhirat, lalu mereka lari karena malu kepada Tuhannnya Yang Maha Agung
dan Mulia. Bagaimana tidak? Kenapa harus bermukim pada selain Allah?
Akhirnya mereka bertemu dengan Sang Pencipta dan bermesraan denganNya,
lalu menyerahkan semua perbuatannya padaNya, dan seluruh kebajikan dan
kepatuhan, lalu mereka terbang degan sayap-sayap kebenaran jiwanya
menuju Allah Azza wa-Jalla. Mereka terbang menuju yang mewujudkan
mereka, mencari Ar-Rafiiqul A'la (Allah Yang Maha Asih lagi Luhur).
Meraih Yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Dzohir dan Maha Bathin,
sampai pada cakrawala Kedekatan, sehingga mereka menjadi golongan yang
disebut Allah Azza wa-Jalla:"Dan mereka sesungguhnya, di sisi Kami,.
Termasuk orang-orang yang sangat terpilih."Hati mereka, hasrat mereka
dan makna mereka hanya pada Kami. Lubuk jiwa paling dalam, hanya bagi
Kami.
Jika para
Sufi sudah sempurna, mereka tidak sama sekali tergoda oleh dunia dan
akhirat. Langit dan bumi dan diantara langit dan bumi telah terlipat
oleh hati, rahasia hati yang telah menfanakan mereka dari selain Allah
dan mempertemukan Allah SAWT. Kalau saja mereka ada di dunia, tetap
dikembalikan pada sikap manusiawinya, demi memenuhi bagian takdir
mereka, agar Ilmu dan Qodlo-QodarNya tidak diganti, sehingga mereka
memperbaiki adab bersama Ilmunya Allah, Qodlo dan QodarNya. Dan mereka
meraih apa yang diberikan Allah melalui jejak Zuhud, bukan dengan Nafsu
dan Hawa, atau pun hasrat. Karena itu pula aturan hukum dzohir tetap
terjaga bagi mereka dalam segala perilakunya. Mereka tidak pernah bakhil
kepada sesama. Kalau diberi kemurahan di dunia, semuanya untuk
mendekatkan diri mereka kepada Allah Ta'ala, tak sebesar atom pun di
hatinya ada sisa dunia.Kalau kalian masih bersama dunia, kalian tak
dapatkan akhirat. Dan selama masih dengan akhirat kalian tak dapatkan
Allah Tala'a.
Jadilah
kalian sebagai pelaksana tugas Ilahi. Jangan bodoh lagi! Jangan sampai
kalian tergolong orang yang disesatkan dari pengetahuan kebenaran.
Diantara caramu bertemu Allah, temuilah orang-orang miskin melalui
hartamu. Karena sedekah itu bekerjasama dengan Allah Ta'ala Yang Maha
Kaya dan Murah. Apakah ada yang rugi kalai bekerjasama dengan Yang Maha
Kaya dan Maha Murah? Nafkahkanlah demi Wajah Allah Sebiji atom yang kau
nafkahkan demi Allah, akan kau dapatkan segunung balasan dariNya.
Setetes yang kau nafkahkan, selautan yang diberikanNya, di dunia dan di
akhirat akan kau raih semuanya, pahala dan balasanNya.Anak-anak…kalau
kau beramal untuk Allah, bersihlah tanamanmu, mengalirlah
sungai-sungaimu, rimbun, ranum dan subur tanamanmu. Perintahkan
kebaikan, cegahlah kemungkaran dan tolonglah agama Allah azza wa-Jalla.
Hadiahkan semua di dalamnya dengan benar. Siapa bersedekah dalam
kebaikan akan abadi sedekahnya, baik dalam sunyi, sendiri,
terang-terangan, suka maupun duka, musim semi maupun kemarau.
Carilah
kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk. Kalau kalian memang bersama
sesama makhluk, sunyikan hatimu bersama Allah Ta'ala, Allah akan
melimpahkan ilhamNya untuk dirimu keman arah yang harus kau raih
hajatmu. Kalau kalian mendapatkan rizki itu bukan dari mereka tetapi
dari Allah swt.
Orang-orang
Sufi mengeluarkan kepentingan hasrat rizkinya dari hati mereka, karena
mereka tahu kadar dan bagian dariNya, lalu mereka tidak berambisi dan
bernafsu mencarinya, lalu hatinya bersemayam pada Sang Pemilik semuanya.
Mereka merasa cukup dengan anugerah Allah Ta'ala, atas Maha DekatNya
dan PengetahuanNya. Jikia sudah sempurna perilaku perjalanannya mereka
menghadap arah makhl;uk lain, dan memberikan pencerahan pada mereka agar
menuju kepada Sang Maha Diraja, dimana mereka menata hati ummat untuk
dekat kepadaNya, demi diterimanya mereka dan Ridlo dariNya.
Diantara
para Sufi - semoga Allah merahmati - berkata, "Hamba Allah yang
sesungguhnya adalah mereka yang ibadahnya benar-benar hanya bagi Allah,
sama sekali tidak pernah mencari ganti dunia dan akhirat. Dia hanya
mencariNya, bukan lainNya."Ya Allah, tunjukkan semua makhluk menuju
PintuMu. Inilah permohonanku selamanya dan sepenuhnya terserah
Engkau.Ini doa umum yang kupanjatkan padaNya. Adapun Allah azza wa-Jalla
berbuat sekehendakNya bagi makhlukNya. Jika hati telah benar, maka
rahmat dan rasa asih akan melimpah ke sesama.
Seorang
Sufi berkata, "Tak ada orang yang berbuat kebajikan begitu banyak dan
tidak meninggalkan dosa, kecuali para Shiddiqun. Kaum Shiddiqun
meninggalkan dosa besar dan kecil, kemudian menjaga wara'nya dari
kesenangan syahwat, meninggalkan hal-hal yang dibolehkan tetapi masih
kabur, dan hanya mencari halal yang mutlak (benar-benar halal). Kaum
Shiddiqun siang dan malamnya full ibadah, mereka robohkan kebiasaan
watak manusiawi, dan meraih rizki melimpah tak terhingga. Jiwanya jernih
dan bersih. Ia tetap bersabar ketika terhalang keinginannya, ketika
tujuannya gagal. Coba bayangkan, dia berdoa tapi tidak diijabah, dia
memohon tapi tidak diberi, dia mengadu, tapi bertambah aduannya, dia
mencari jalan keluar tapi tidak menemukan, dia mendekat tetapi tidak
tahu apakah Dia dekat dengannya, seakan-akan dia tak beriman dan tak
bertauhid. Dan semua itu dilakukan dengan penuh kesabaran, karena dia
hanya tahu bahwa kesabarannya itulah jadi obat bagi kejernihan jiwanya,
bagi pendekatan kepadaNya. Semua kebaikan akan tiba setelah
perjuangannya itu. Maka disinilah bedanya orang beriman dan orang
munafik, orang bertauhid dan orang musyrik, orang yang ikhlas dan orang
yang pamer, orang yang berani dan orang penakut, orang yang kokoh dan
skeptik, orang yang sabar dan orang emosional., orang yang benar dan
orang bathil, orang yang jujur dan pendusta, orang pencinta dan
pemberang, pengikut sunnah dan pengikut bid’ah.
Dengarkan
ucapan kaum sufi. “Jadilah di dunia ini seperti orang yang terluka dan
sabar atas obat yang dituangkan demi menghilangkan rasa sakitnya. Semua
yang ada di dunia adalah cobaan dan bencana ketika anda bersama makhluk.
Mereka memandang dalam bencana, manfaat, anugerah dan kegagalan. Semua
obat, dan hilangnya bala’, justru ketika hatimu keluar dari makhluk, dan
tekadmu hanya pada ketentuan takdir. Janganlah anda berambisi menjadi
pemuka diantara mereka, dan hendaknya hatimu hanya bersama Tuhanmu Azza
wa-Jalla, sirrmu jernih bersamaNya, hasratmu hanya menuju kepadaNya.
Jika nyata bagimu seperti itu maka hatimu membubung di barisan para Nabi
dan rasul , Syuhada’ dan Sholihin, serta Malaikat Muqarrabin. Jika
langgeng konsistensimu, engkau akan besar, agung, tinggi, membubung, dan
semua kembali kepadamu. Allah melimpahkan apa yang dilimpahkanNya,
memberikan apa yang diberikanNya. Sungguh rugi orang yang tuli dari
ucapan ini.”Wahai orang yang sibuk dengan kehidupannya, jauh dari meraca
cukup bersamaku, sedangkan laba ada padaku, riasan akhirat pada diriku.
Aku mengundang sekali lagi, mengumumkan sekali lagi, kenapa kalian
masih menengok selain Diriku? Aku telah memberikan segalanya. Jika
berhasil meraih akhirat padaku, aku tidak makan sendiri, karena orang
dermawan tidak pernah makan sendiri. jadilah kalian orang yang melihat
kemurahan Ilahi, dan anda tidak pernah melihat diriku bakhil bukan?
Siapa yang mengenal Allah Azza wa-Jalla, selainNya terasa hina.
Kebakhilan itu dari ego nafsu, sedangkan nafsu si Arif telah mati jika
disandarkan pada nafsu makhluk. Nafsu arif muthmainnah pada janji Allah
Azza wa-Jalla, takut dengan ancamanNya.
Ya
Tuhan, limpahilah rizki pada kami sebagaimana Engkau limpahi rizki pada
kaum Sufi. Dan berikanlah kepada kami kebajikan dunia dan kebajikan
akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.”
---(ooo)---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar