Posted by Adam
Nahjul
Balaghah merupakan kitab yang berisi kompilasi khotbah, surat, dan
ucapan-ucapan Imam Ali bin Abi Thalib as yang penuh makna dan hikmah,
yang dikumpulkan oleh Sayyid Radhi.Khotbah-khotbah Imam Ali as dinilai
dan dihormati sedemikian tingginya di dunia Islam, sehingga hanya dalam
waktu seabad setelah wafatnya, khotbah-khotbah itu telah diajarkan dan
dibacakan sebagai kata terakhir di dalam Filsafat Tauhid, sebagai
ceramah-ceramah bagi pembangunan watak, sebagai sumber inspirasi yang
luhur, sebagai khotbah-khotbah meyakinkan ke arah takwa, sebagai mercu
penunjuk ke arah kebenaran dan keadilan, sebagai karya pujian yang
menakjubkan tentang Nabi Muhammad (saw) dan Al-Quran al-Karim, sebagai
pembicaraan yang meyakinkan tentang nilai-nilai spiritual Islam, sebagai
diskusi-diskusi yang menakjubkan tentang sifat-sifat Tuhan, sebagai
karya utama kesusastraan, dan sebagai model seni retorika dan
keterampilan berbahasa.
ABAD PERTAMA
Menurut
kitab biografi yang termasyhur, Rijal al-Kabir, orang pertama yang
mengumpulkan khotbah-khotbah ini di dalam sebuah kitab adalah Zaid ibn
Wahab Jahmi (w. 90 H.) yang dipandang sebagai perawi Hadis. Jadi, dalam
masa 30 tahun setelah wafatnya Imam Ali dan selama abad pertama Hijrah,
khotbah-khotbah, surat serta ucapan-ucapannya telah dikumpulkan,
dikutip, dan dipelihara.
ABAD KE-2
Pada abad ke-2, teladan Ibn Wahab Jahmi diikuti oleh :
(1)
’Abdul Hamid ibn Yahya (132 H.), seorang kaligrafis termasyhur pada
masa Abbasiyyah, dan (2) Ibn al-Muqaffa (142 H.) mengambil alih tugas
pengumpulannya. Jahizh al-Utsmani mengatakan bahwa Ibn al-Muqaffa telah
menelaah khotbah-khotbah itu dengan sangat cermat dan biasa mengatakan
bahwa is telah memuaskan dirinya dari sumber pokok iimu pengetahuan dan
kebijaksanaan dan setiap hari ia mendapatkan inspirasi baru dari
khotbah-khotbah Imam Ali ini.
(3) Ibn Nadim,
dalam kitab biografinya al-Fihrist, mengatakan bahwa Hisyam Ibn Sa’ad
al-Kalbi (146 H.) juga telah mengumpulkan khotbah-khotbah ini.
(al-Fihrist, lbn Nadim, jil. 7, hlm. 251)Sejak abad itu dan seterusnya,
abad demi abad, pars ulama, sejarawan dan ahli Hadis, membacakan
khotbah-khotbah ini, mengutipnya dan membahas makna kata-kata Berta
ungkapan yang digunakan Imam Ali, dan mengacunya bilamana mereka
memerlukan rujukan tentang teologia, etika, Sunnah dan Al-Quran, atau
tentang kesusastraan dan retorika.
ABAD KE-3
1.
Dalam abad ketiga, ’Umar ibn Bahr al-Jahizh (w. 255 H.; 688 M.)
mengutip banyak khotbah dari Nahjul Balaghah dalam kitabnya al-Sayan wa
at-Tabyin.
2. Ibn Qutaibah ad-Dainuri (w. 276
H.), dalam kitab-kitabnya ’Uyun al-Akhbar, dan Gharib al-Hadits mengutip
banyak khotbah dan membahas pengertian dari banyak kata-kata dan
ungkapan yang digunakan Imam Ali.
3. Ibn Wadhih al-Ya’qubi (w. 278 H.) menuliskan banyak khotbah dan ucapan Imam Ali dalam kitab Tarikh-nya.
4. Hanifah ad-Dainuri (280 H.) dalam kitabnya, Akhbar ath-Thiwal mengutip banyak khotbah dan ucapan Imam Ali.
5. Abul ’Abbas al-Mubarrad (286 H.), dalam bukunya Kitab al-Mubarrad, juga mengumpulkan banyak khotbah dan ucapan Imam Ali.
ABAD KE-4
1. Sejarawan al-Thabari (310 H.) mencatat beberapa dari khotbah ini di dalam kitabnya Tarikh al-Kabir.
2.
Al-Halabi (320 H.) telah mengutip khotbah-khotbah ini di dalam kitabnya
Tuhfat al-’Uqul. Para penuiis yang berikut ini pun telah mengutip
Khotbah-khotbah dan ucapan-ucapan dari Nahjul Balaghah ini secara
besar-besaran di dalam kitab-kitab mereka.
3. Ibn Warid (346 H.) dalam al-Mujtabni.
4. Ibn ’Abdi Rabbih (328 H.) dalam bukunya ‘Iqd al-Farid.
5. Siqat al-Islam Kulaini (329 H.) dalam al-Kafi.
6.
Ali ibn Muhammad ibn ’Abdullah al-Mada’ini (335 H.) mengumpulkan
khotbah-khotbah, Surat-Surat dan ucapan-ucapan Imam Ali dalam kitabnya
Yaquth al-Hamawi menyebutkan tentang kitab ini di dalam Mu’jam
al-Udaba’, jilid 5, hlm. 313.
7. Sejarawan Mas’udi (346 H.), dalam Muruj adz-Dzahab, telah mengutip beberapa dari Surat dan khotbah Imam Ali.
8. Abul Faraj al-Isfahani (356 H.) dalam al-Aghani.
9. Abu Ali al-Qali (356 H.) dalam an-Nawadir.
10. Syekh Shaduq (381 H.) dalam Kitab at-Tauhid, banyak mengutip khotbah, surat dan ucapan-ucapan ini.
ABAD KE-5
1. Syekh Mufid (421 H.) di dalam Kitab al-lrsyad, telah mengutip banyak khotbah, ucapan dan surat-surat Imam Ali.
2. Sayyid Radhi (420 H.) telah menyusun kumpulan khotbah, ucapan dan surat-surat Imam Ali as dan diberi judul : Nahjul Balaghah.
3.
Syekh Tha’ifah Abu Ja’far Muhammad ibn Hasan at-Thusi (460 H.) yang
hidup sezaman dengan Sayyid Radhi telah mengumpulkan beberapa dari
khotbah ini jauh sebelum Sayyid Radhi melaksanakan karyanya.Yang dapat
dikumpulkan Sayyid Radhi dalam Nahjul Balaghah tidak seluruh khotbah dan
ucapan Imam Ali. Mas’udi (346 H.) dalam kitabnya yang terkenal, Muruj
adz-Dzahab (jilid II, him 33, cetakan Mesir) mengatakan bahwa
khotbah-khotbah Imam Ali saja, yang telah dipelihara oleh berbagai
orang, berjumlah lebih dari 480 khotbah. Khotbah-khotbah ini diucapkan
langsung tanpa persiapan. Orang-orang telah menyalinnya dan telah
menyusunnya dalam bentuk kitab; mereka membacakannya dan mengutip
bagian-bagiannya ke dalam kitab-kitab mereka.Nampaknya dari 480 khotbah
itu sebagian telah hilang, dan yang dapat dliperoleh Sayyid Radhi hanya
sekitar 245 khotbah. Di samping itu, ia juga telah mengumpulkan 75 pucuk
surat dan lebih 200 ucapan. Hampir setiap khotbah, surat dan ucapan
yang terkumpul di dalam Nahjul Balaghah terdapat di dalam kitab-kitab
yang ditulis para penulis yang telah lama meninggal sebelum Sayyid Radhi
dilahirkan, sedangkan sebagiannya lagi terdapat di dalam karya-karya
para penulis yang walaupun sezaman dengannya namun lebih tua daripadanya
dan telah menulis kitab-kitab mereka sebelum Nahjul Balaghah disusun.
Sedemikian banyak kutipan para sarjana Muslim dan non Muslim, para
ulama, filosof dan sejarawan yang memuji khotbah-khotbah, ucapan dan
surat-surat Imam Ali as. Jika seluruh komentar sarjana itu dikumpulkan,
maka semua itu akan menjadi sebuah buku yang terdiri dari ratusan
halaman.
Sementara itu, di bawah ini hanya dicantumkan sebagian kecilnya saja.
1.
Ibn Atsir (606 H.) sampai sekarang bukan saja diakui sebaga perawi
hadis, tetapi juga seorang pakar besar tentang kata dan kosa kata.
Kitabnya an-Nihayah wal Bidayah merupakan kitab sejarah dan makna
kata-kata sulit dari Al-Quran dan Hadis. Di dalam kitabnya itu, ia
membahas panjang lebar banyak perkataan, ungkapan dan kalimat-kalimat
khotbah Imam Ali dari kitab Nahjul Balaghah. la mengatakan bahwa sejauh
berkaitan dengan sisi komprehensifnya, kata-kata Imam Ali hanya di bawah
Al-Quran.
2. Allamah Syekh Kamaluddin ibn
Muhammad Thalhah asy-Syafi’i (w. 652 H.), di dalam kitabnya yang
terkenal Mathalib as-Sa’ul, menulis : “Sifat Imam Ali as yang ke-4
adalah kefasihan dan kemahirannya di dalam seni bahasa. Beliau menonjol
sedemikian rupa di dalam keahlian ini sehingga tiada seorang pun yang
dapat berharap akan sampai kecuali ke tingkat debu sepatunya. Orang yang
telah mengkaji Nahjul Balaghah dapat membentuk suatu gagasan tentang
kecanggihannya yang sangat tinggi di dalam bidang ini.”
3.
Ibn Abil Hadid (w. 655 H.) yang telah menulis sebuah kitab Syarh
(komentar) berjilid-jilid tentang khotbah-khotbah itu, menulis:
“Khotbah-khotbahnya, surat-surat dan ucapan-ucapannya begitu tinggi
nilai sastra maupun kandungan maknanya, sehingga nilainya di atas
kata-kata ucapan manusia biasa, dan hanya di bawah firman-firman Tuhan.
Tiada yang dapat mengatasinya selain Al-Quran.” Pada bagian lain Ibn
Abil Hadid mengatakan, “Kata-katanya adalah mukjizat Nabi Muhammad
(saw). Ramalan-ramalannya menunjukkan bahwa pengetahuannya mengatasi
manusia biasa.”
4. Allamah Sa’aduddin
Taftazani (791 H.) di dalam Syarh al-Maqasid mengatakan bahwa, “Ali
mempunyai penguasaan tertinggi atas bahasa, etika dan ajaran agama, dan
pada saat yang sama ia adalah seorang orator ulung; khotbah-khotbahnya
yang terkumpul di dalam Nahjul Balaghah menjadi saksi atas kenyataan
ini.”
5. Allamah Ala’uddin al-Qusyaji (875 H.)
dalam Syarh at-Tajrid menyatakan bahwa, “Kitab Nahjul Balaghah yang
merupakan khotbah-khotbah dan makna yang terkandung di dalamnya
membuktikan bahwa tiada sesuatu yang dapat mengatasinya, kecuali
Al-Quran.”
6. Syekh Muhammad Abduh (1323 H.)
juga telah menulis sebuah Syarh Nahjul Balaghah. la termasuk di antara
pemikir modern yang menyadarkan dunia modern akan keindahan
ajaran-ajaran Islam. Kata pengantarnya tentang Syarh-nya sendiri itu
patut memperoleh kajian cermatPada kata pengantarnya itu, Muhammad Abduh
mengatakan bahwa setiap orang yang memahami bahasa Arab pastilah
sependapat bahwa khotbah-khotbah dan ucapan-ucapan Ali hanya di bawah
firman Allah dan sabda Nabi Muhammad Saw. Kata-kata Imam Ali sedemikian
sarat makna dan mengandung gagasan-gagasan yang begitu besar, sehingga
kitab Nahjul Balaghah ini harus dikaji dengan sangat cermat, diacu dan
dikutip oleh para mahasiswa maupun guru. Guru besar dalam kesusastraan
dan falsafah ini meyakinkan universitas-universitas di Kairo dan Beirut
untuk memasukkan kitab Nahjul Balaghah di dalam kurikulum untuk studi
tingkat atas tentang kesusatraan dan falsafah.
7.
Penulis dan orator terkenal Syekh Musthafa al-Ghulayaini yang dipandang
sebagai ahli Tafsir AI-Quran serta kesusastraan Arab, di dalam bukunya
’Arij az-Zahr, bab “Gaya Bahasa”, menulis: “Siapa yang dapat menulis
lebih baik dari Ali. selain Nabi saw dan Allah SWT. Orang-orang yang
hendak mengkaji standar-standar kesusastraan yang paling tinggi,
haruslah mengkaji kitab Nahjul Balaghah. Kitab itu mengandung
pengetahuan yang sedemikian dalam dan nasihat-nasihat yang sedemikian
menakjubkan tentang masalah etika dan agama sehingga kajian yang rutin
atasnya akan membuat orang menjadi bijaksana, saleh dan berpikiran luhur
dan akan melatihnya menjadi orator kaliber besar.”
8.
Al-Ustadz Muhammad Muhyiddin, guru besar bahasa Arab pada Universitas
AI-Azhar, Kairo, mengatakan bahwa Nahjul Balaghah merupakan suatu
koleksi karya Sayyidina Ali yang disusun Sayyid Radhi. la mengandung
contoh-contoh bahasa yang murni, kefasihan yang mulia dan kebijaksanaan
yang tinggi sehingga tiada seorang pun selain Ali yang dapat
menghasilkan karya semacam itu, karena setelah Nabi Suci Saw, dialah
orator terbesar, yang paling ahli tentang bahasa dan kesusastraan serta
sumber kebijaksanaan terbesar dalam agama Islam. Dia filosof yang dari
kata-katanya mengalir pengetahuan dan kebijaksanaan.
9.
AI-Ustadz ’Abdul Wahhab Hammudah, ahli kesusastraan dan hadis serta
guru besar Universitas Fuad I di Kairo, dalam tahun 1951, menulis,
“Kitab Nahjul Balaghah mengandung segala yang dapat dikatakan atau
dituliskan para ulama besar, para guru besar etika, filosof, ilmuwan,
ahli agama dan politisi. Kekuatan nasihat yang menakjubkan dan jalan
yang luar biasa indah dalam menyajikan argumen serta kedalaman
pandangan, membuktiKan bahwa Nahjul Balaghah merupakan karya suatu
pikiran super seperti pikiran Ali.”
10. Abdul
Masih al-Antaki, editor majalah Kristen al-Amran, Mesir, dalam kitabnya
yang terkenal Syarh al-Qasha’id al-Auliya’ menulis, “Tak dapat disangkal
bahwa Imam adalah Imam dari para khatib dan orator, dan ia adalah guru
dan pemimpin para penulis dan filosof. Ada kebenaran di dalam
penegasannya bahwa ucapan-ucapannya lebih tinggi dari ucapan siapa pun
dan hanya lebih rendah dari firman Allah Yang Mahakuasa. Tiada diragukan
bahwa dialah sumber penulis, pembicara, filosof, ulama dan penyair
mengambil inspirasi, yang telah memperbaiki seni dan gaya bahasa mereka.
Kumpulan karyanya dinamakan Nahjul Balaghah, yang patut sering-sering
dibaca.”
11. Fuad Afram Al-Bustani, guru besar
dalam kesusastraan Arab pada perguruan tinggi Quades Yusuf di Beirut
adalah seorang penganut Katolik Romawi. la telah mengumpulkan sebuah
kitab yang berisi karya-karya pilihan dari para filosof, ilmuwan, ahli
agama, dan esayis. la memulai bukunya dengan kata-kata berikut: “Saya
hendak memulai karya saya ini dengan pilihan-pilihan dari Nahjul
Balaghah. Kitab itu merupakan karya seorang pemikir terbesar dunia….”
12.
Polos Salamah, seorang moralis Kristen, penulis, penyair, di dalam
bukunya yang ternama, Awal al-Malhamah al-’Arabiyah (Al-Naser Press,
Beirut) mengatakan, “Kitab Nahjul Balaghah yang terkenal merupakan karya
yang membuat orang tersadarkan akan pemikiran-pemikiran besar Ali ibn
Abi Thalib. Tiada kitab yang mengatasinya kecuali Qur’an. Di dalamnya
anda akan mendapatkan mutiara pengetahuan terpenting dalam rantai-ranta
indah, bunga-bunga bahasa yang membuat pikiran orang semerbak dengan bau
harum dan menyenangkan tentang heroisme dan keluhuran, dan aliran
bahasa murni yang lebih manis dan lebih sejuk dari sumber Kautsar, yang
terus mengalir secara tetap dan menyegarkan pikiran pembaca.”